Kamis, 19 November 2015

Laporan Investigasi

Laporan investigasi atau juga kerap disebut berita investigasi merupakan hasil dari kegiatan reportase yang dilakukan lewat penelusuran panjang dan mendalam terhadap kasus tertentu; biasanya bersifat rahasia.
Kualitas berita atau laporan investigasi tidak ditentukan dari besarnya kasus yang dibongkar, melainkan manfaat dan dampak yang ditimbulkan setelah topik yang diselidiki terungkap. Pelaporan topik yang relatif ringan bisa disebut laporan investigasi yang baik jika fakta yang terkandung bernilai dan bermanfaat untuk publik.

 Contoh Laporan Investigasi :

Setya Novanto Beraksi, Inilah Transkrip Catut Nama Jokowi!

TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Setya Novanto mengatakan sudah mengetahui beredarnya transkrip percakapan seorang anggota DPR berinisial SN dengan dua orang lain, yaitu R dan MS, terkait dengan negosiasi perpanjangan kontrak PT Freeport Indonesia dan permintaan saham. SN diduga sebagai Setya Novanto.

Kendati terpojok, Setya santai menanggapinya. "Tindakan yang akan dilakukan? Yang jelas saya akan konsentrasi kepada posisi sebagai pemimpin DPR ini, dan semoga tetap bisa berjalan dengan sebaik-baiknya," kata Setya Novanto di Kompleks Parlemen, Senayan, Selasa, 17 November 2015.

Menurut Setya, ia tidak pernah mencatut nama Presiden Joko Widodo untuk turut campur dalam perpanjangan kontrak PT Freeport. Adapun di dalam transkrip yang beredar, Setya diduga mengatakan sebaliknya. "Presiden Jokowi itu dia sudah setuju di sana di Gresik, tapi pada ujung-ujungnya di Papua. Waktu saya ngadep itu, saya langsung tahu ceritanya ini waktu rapat itu terjadi sama Darmo... Presiden itu ada yang mohon maaf ya, ada yang dipikirkan ke depan, ada tiga...," kata Setya dalam transkrip.

Selain membawa nama Presiden Joko Widodo, dalam transkrip tersebut Setya beberapa kali menyebut nama Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan Luhut Binsar Panjaitan. "Kalau enggak salah, Pak Luhut itu bicara dengan Jimbok. Pak Luhut itu sudah ada yang mau diomong," ujarnya.

Transkrip sebanyak tiga halaman tersebut itu tersebar luas setelah Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Sudirman Said melapor ke Mahkamah Kehormatan Dewan soal adanya anggota DPR yang menjual nama Presiden Joko Widodo dalam perpanjangan kontrak Freeport.

Referensi :
http://journoo.com/glossary/laporan-investigasi/
http://nuri.staff.gunadarma.ac.id/

Laporan Interpretatif

Laporan interpretatif adalah berita yang disusun berdasarkan opini, pandangan, penafsiran, atau pendapat narasumber tentang suatu peristiwa atau masalah. Dimana pada saat terjadi suatu peristiwa, lalu wartawan meliput peristiwa tersebut lalu mengembangkannya dengan mewawancarai pengamat atau narasumber lain yang kompeten. Atau bisa jadi wartawan menulis berita itu dengan penafsirannya sendiri.

Contoh Laporan Interpretatif :

Copet HP di KRL, Wanita Nangis di Polsek

TAMANSARI (Pos Kota) – Penampilan wanita ini amat meyakinkan bak pegawai kantoran.  Tapi ternyata itu cuma kedok saja untuk memuluskan aksi jahatnya mencopet penumpang kereta, Rabu (18/11).

Deby, 27, beraksi di Kereta Commuter Jabotabek (KCJ). Namun ulahnya merogoh tas penumpang kepergok. Cewek ini pun ditangkap. Di Polsek Taman Sari, Jakarta Barat, dia nangis minta pulang.

Deby dibekuk dengan barang bukti satu unit HP milik Ida, penumpang KCJ jurusan Bogor-Jakarta. “Saat tersangka tergesa-gesa masuk kamar kecil di kereta api usai mencopet, pelaku dikejar korban. Ida meminta bantuan petugas  kereta untuk menangkapnya,” kata Kapolsek Metro Tamansari, AKBP Suwarno, Rabu (18/11) petang.

Petugas keamanan KCJ lalu menyerahkan Deby ke Polsek Metro Tamansari dan perempuan itu langsung menjalani pemeriksaan. “Dia (Deby) semula sulit dimintai keterangan, tapi akhirnya mau,” kata Kapolsek.

Sementara itu, Humas PT KCJ Daop 1 PT KAI, Eva Chairunnisa, mengatakan   sebelumnya, pihaknya juga menangkap Amroji,27, pencopet di Stasiun Klender Baru. Tersangka berikut barang bukti HP diserahkan ke Polsek Cakung.
“Tersangka Amroji mencopet di kereta jurusan Bekasi – Manggarai,” terang Eva.(Warto)

Referensi :
http://poskotanews.com/2015/11/18/copet-hp-di-krl-wanita-nangis-di-polsek/

Soft News

Soft News adalah berita yang umumnya bersifat menghibur. Ciri-ciri dari soft news adalah, memiliki gaya bahasa yang ringan, memberitakan tentang hal-hal yang menarik seperti kuliner, film, musik, tempat wisata, selebriti, hobi, dan lain-lain.

Contoh Soft News :

Hiii....Ada Es Krim Kuburan Mantan di Bazar Kuliner Nemukarta#2

JOGJA (KRJogja.com) - Bazar Kuliner bertajuk Nemukarta#2 yang digelar Himpunan Mahasiswa Jurusan Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan FISIPOL UGM bertempat di Plaza Pasar Ngasem Yogyakarta sepanjang hari ini (31/10/2015) menampilkan beragam sajian makanan maupun minuman unik nan lezat. Tak hanya jenis makanan masa kini khas anak muda saja yang ditampilkan, sejumlah makanan tradisional serta jajanan pasar pun juga ikut meramaikan bazar kuliner ini.

Salah satu stand makanan yang cukup menarik pengunjung adalah stand "Es Krim Kuburan Mantan". Ya, sebagaimana namanya yang terdengar unik, es krim satu ini memang tak seperti es krim biasanya. Nama "Kuburan Mantan" sendiri diambil dari bentuk tampilan eskrim yang menyerupai makam atau kuburan. Dimana es krim ini berbentuk persegi panjang dengan isian biskuit coklat serta taburan mesis kacang manis yang menyerupai bunga di atasnya.

"Ada tiga varian rasa yang kita sediakan. Yakni vanila, stroberi dan coklat," ujar pemilik stand sekaligus owner Es Krim Kuburan Mantan, Irmina Ovita Chirmassari (22) yang dibantu rekannya Yulius Oka Lutvian (24) di sela acara Sabtu (31/10/2015).

Ovi mengaku nama unik es krim ini sengaja diberikan untuk menarik rasa penasaran konsumen. "Sekarang kan banyak anak muda yang galau karena mantan. Makanya kita bikin es krim ini. Siapa yang ingin move-on dan mengubur mantannya bisa makan Es Krim Kuburan Mantan ini," ujaranya.

Menurut Ovi es krim Kuburan Mantan ini memang baru pertama kali ada di Jogja. Ia mengaku ide menjual es krim ini berasal dari keluarganya yang sebelumnya telah menjual es krim serupa di Bandung.

Ajang Bazar Kuliner bertajuk Nemukarta#2 ini sendiri diikuti total 42 stand pengusaha muda Yogya, terutama mahasiswa. Selain makanan dan minuman, sejumlah stand fashion seperti hijab, tas, hingga kerajinan seperti gelang dan asesoris dsb. (R-3)

 Referensi :
http://krjogja.com/read/279561/hiiiada-es-krim-kuburan-mantan-di-bazar-kuliner-nemukarta2.kr

Hard News

Hard News yakni berita yang memiliki nilai lebih dari segi aktualitas dan bersifat amat sangat penting untuk diberitakan. Ada juga yang mengartikan Hard News dengan berita-berita yang bertema 'serius', seperti berita tentang kejahatan, kerusuhan, perang, musibah, politik, peristiwa-peristiwa penting, dan lain-lain. Syarat untuk menciptakan hard news yang baik adalah, harus menggunakan unsur 5W + 1H (what, who, when, where, why, how)

Contoh Hardnews :

Ada Ancaman Bom, Pesawat dari Polandia Mendarat Darurat di Bulgaria

 Sebuah pesawat yang bertolak dari Polandia terpaksa melakukan pendaratan darurat di wilayah Bulgaria timur pada Kamis (19/11) pagi waktu setempat dikarenakan ancaman bom.

Pesawat yang mengangkut 161 orang tersebut bertolak dari Warsawa, Polandia menuju Mesir ketika salah seorang penumpang mengumumkan bahwa ada bahan peledak di pesawat.

"Pesawat melakukan pendaratan darurat di bandara Burgas pada pukul 05.45 (waktu setempat) setelah seorang penumpang mengatakan ada bom di pesawat," tutur Kristina Neykova, juru bicara bandara Burgas seperti dilansir kantor berita AFP, Kamis (19/11/2015).

Begitu pesawat mendarat, seluruh penumpang diturunkan dari pesawat. Otoritas keamanan Bulgaria pun melakukan pemeriksaan menyeluruh di dalam pesawat. Namun setelah dilakukan pencarian, tidak ditemukan adanya bahan peledak.

Penumpang pria yang menyebut soal bom telah ditangkap polisi. Tidak disebutkan identitas pria berumur 60-an tahun itu. Namun saat diinterogasi polisi, dia mengaku telah mengkonsumsi alkohol.

Akibat insiden ini, bandara Burgas ditutup sementara.

Juru bicara maskapai penerbangan nasional Polandia, LOT menyatakan pesawat bernomor penerbangan LLP8015 tersebut bukan milik maskapai tersebut, namun merupakan pesawat carteran yang bertujuan ke kota Hurghada, Mesir. 

Referensi :
http://www.romelteamedia.com/2014/06/jenis-jenis-berita-jurnalistik.html
http://news.detik.com/internasional/3075465/ada-ancaman-bom-pesawat-dari-polandia-mendarat-darurat-di-bulgaria

Sejarah Jurnalistik

1. Sejarah Jurnalistik Pada Zaman Romawi Kuno

     Berbagai literatur tentang sejarah jurnalistik senantiasa merujuk pada “Acta Diurna” pada zaman Romawi Kuno masa pemerintahan kaisar Julius Caesar (100-44 SM).
Acta Diurna”, yakni papan pengumuman (sejenis majalah dinding atau papan informasi sekarang), diyakini sebagai produk jurnalistik pertama; pers, media massa, atau surat kabar harian pertama di dunia. Julius Caesar pun disebut sebagai “Bapak Pers Dunia”.
     Sebenarnya, Caesar hanya meneruskan dan mengembangkan tradisi yang muncul pada permulaan berdirinya kerajaan Romawi. Saat itu, atas perintah Raja Imam Agung, segala kejadian penting dicatat pada “Annals”, yakni papan tulis yang digantungkan di serambi rumah. Catatan pada papan tulis itu merupakan pemberitahuan bagi setiap orang yang lewat dan memerlukannya.
     Saat berkuasa, Julius Caesar memerintahkan agar hasil sidang dan kegiatan para anggota senat setiap hari diumumkan pada “Acta Diurna”. Demikian pula berita tentang kejadian sehari-hari, peraturan-peraturan penting, serta apa yang perlu disampaikan dan diketahui rakyatnya. Papan pengumuman itu ditempelkan atau dipasang di pusat kota yang disebut “Forum Romanum” (Stadion Romawi) untuk diketahui oleh umum.
     Berita di “Acta Diurna” kemudian disebarluaskan. Saat itulah muncul para “Diurnarii”, yakni orang-orang yang bekerja membuat catatan-catatan tentang hasil rapat senat dari papan “Acta Diurna” itu setiap hari, untuk para tuan tanah dan para wartawan.
     Dari kata “Acta Diurna” inilah secara harfiah kata jurnalistik berasal yakni kata “Diurnal” dalam Bahasa Latin berarti “harian” atau “setiap hari.” Diadopsi ke dalam bahasa Prancis menjadi “Du Jour” dan bahasa Inggris “Journal” yang berarti “hari”, “catatan harian”, atau “laporan”. Dari kata “Diurnarii” muncul kata “Diurnalis” dan “Journalist.



2. Sejarah Jurnalistik Menurut Islam

     Dalam sejarah Islam, cikal bakal jurnalistik yang pertama kali di dunia adalah pada zaman Nabi Nuh. Saat banjir besar melanda kaumnya, Nabi Nuh berada di dalam kapal beserta sanak keluarga, para pengikut yang saleh, dan segala macam hewan.
     Untuk mengetahui apakah air bah sudah surut, Nabi Nuh mengutus seekor burung dara ke luar kapal untuk memantau keadaan air dan kemungkinan adanya makanan. Sang burung dara hanya melihat daun dan ranting pohon zaitun yang tampak muncul ke permukaan air. Ranting itu pun dipatuk dan dibawanya pulang ke kapal. Nabi Nuh pun berkesimpulan air bah sudah mulai surut. Kabar itu pun disampaikan kepada seluruh penumpang kapal.
     Atas dasar fakta tersebut, Nabi Nuh dianggap sebagai pencari berita dan penyiar kabar (wartawan) pertama kali di dunia. Kapal Nabi Nuh pun disebut sebagai kantor berita pertama di dunia. 


3. Sejarah dan Perkembangan Jurnalistik di Berbagai Belahan Dunia Dari Masa Ke Masa

Kegiatan penyebaran informasi melalui tulis-menulis makin meluas pada masa peradaban Mesir, ketika masyarakatnya menemukan tehnik pembuatan kertas
dari serat tumbuhan yang bernama “Phapyrus”.
      Pada abad 8 M., tepatnya tahun 911 M, di Cina muncul surat kabar cetak pertama
dengan nama “King Pau” atau Tching-pao, artinya "Kabar dari Istana". Tahun 1351 M, Kaisar Quang Soo mengedarkan surat kabar itu secara teratur seminggu sekali. Penyebaran informasi tertulis maju sangat pesat sejak mesin cetak ditemukan oleh Johan Guttenberg pada 1450. Koran cetakan yang berbentuk seperti sekarang ini muncul pertama kalinya pada 1457 di Nurenberg, Jerman. Salah satu peristiwa besar yang pertama kali diberitakan secara luas di suratkabar adalah pengumuman hasil ekspedisi Christoper Columbus ke Benua Amerika pada 1493.
      Pelopor surat kabar sebagai media berita pertama yang bernama “Gazetta” lahir
di Venesia, Italia, tahun 1536 M. Saat itu Republik Venesia sedang perang melawan Sultan Sulaiman. Pada awalnya surat kabar ini ditulis tangan dan para pedagang penukar uang di Rialto menulisnya dan menjualnya dengan murah, tapi kemudian surat kabar ini dicetak. Surat kabar cetak yang pertama kali terbit teratur setiap hari adalah Oxford Gazzete di Inggris tahun 1665 M. Surat kabar ini kemudian berganti nama menjadi London Gazzette dan ketika Henry Muddiman menjadi editornya untuk
pertama sekali dia telah menggunakan istilah “Newspaper”.
     Di Amerika Serikat ilmu persuratkabaran mulai berkembang sejak tahun 1690 M
dengan istilah “Journalism”. Saat itu terbit surat kabar  dalam bentuk yang modern,
Publick Occurences Both Foreign and Domestick di Boston yang dimotori oleh Benjamin Harris.
     Pada Abad ke-17, di Inggris kaum bangsawan umumnya memiliki penulis-penulis  yang membuat berita untuk kepentingan sang bangsawan. Para penulis itu membutuhkan suplai berita. Organisasi pemasok berita (sindikat wartawan atau penulis) bermunculan bersama maraknya jumlah koran yang diterbitkan. Pada saat yang sama koran-koran eksperimental, yang bukan berasal dari kaum bangsawan, mulai pula diterbitkan pada Abad ke-17 itu, terutama di Prancis. Pada abad ke-17 pula, John Milton memimpin perjuangan kebebasan menyatakan pendapat di Inggris yang terkenal dengan Areopagitica, A Defence of Unlicenced Printing. Sejak saat itu jurnalistik bukan saja menyiarkan berita (to inform), tetapi juga mempengaruhi pemerintah dan masyarakat (to influence).
      Di Universitas Bazel, Swiss jurnalistik untuk pertama kali dikaji secara akademis oleh Karl Bucher
dan Max Weber dengan nama Zeitungskunde tahun 1884 M. Sedangkan di Amerika mulai dibuka School of Journalism di Columbia University pada tahun 1912 M/1913 M dengan penggagasnya bernama Joseph Pulitzer (1847 - 1911).
     Pada Abad ke-18, jurnalisme lebih merupakan bisnis dan alat politik ketimbang sebuah profesi. Komentar-komentar tentang politik, misalnya, sudah  bermunculan pada masa ini. Demikian pula ketrampilan desain/perwajahan mulai berkembang dengan kian majunya teknik percetakan. Pada abad ini juga perkembangan jurnalisme mulai diwarnai perjuangan panjang kebebasan pers antara wartawan dan penguasa.
      Pers Amerika dan Eropa berhasil menyingkirkan batu-batu sandungan sensorsip pada akhir abad ke-18 dan memasuki era jurnalisme modern seperti yang kita kenal sekarang. Perceraian antara jurnalisme dan politik terjadi pada sekitar 1825-an, sehingga  wajah jurnalisme sendiri menjadi lebih jelas: independen dan berwibawa. Sejumlah jurnalis yang muncul pada abad itu bahkan lebih berpengaruh ketimbang tokoh-tokoh politik atau pemerintahan. Jadilah jurnalisme sebagai  bentuk profesi yang mandiri dan cabang bisnis baru.
     Pada pertengahan 1800-an mulai berkembang organisasi kantor berita yang  berfungsi mengumpulkan berbagai berita dan tulisan untuk didistribusikan ke  berbagai penerbit surat kabar dan majalah. Kantor berita pelopor yang masih  beroperasi hingga kini antara lain  Associated Press (AS), Reuters (Inggris), dan Agence-France Presse
 (Prancis). Tahun 1800-an juga ditandai dengan munculnya istilah Yellow Journalism (jurnalisme kuning), sebuah istilah untuk “pertempuran headline” antara dua koran besar di Kota New York. Satu dimiliki oleh Joseph Pulitzer dan satu lagi dimiliki oleh William Randolph Hearst.  Ciri khas “jurnalisme kuning” adalah pemberitaannya yang bombastis,
sensasional, dan pemuatan judul utama yang menarik perhatian publik. Tujuannya hanya satu: meningkatkan penjualan. Namun, jurnalisme kuning tidak bertahan lama, seiring dengan munculnya kesadaran jurnalisme sebagai profesi.
     Sebagai catatan, surat kabar generasi pertama di AS awalnya memang partisan, serta dengan mudah menyerang politisi dan presiden, tanpa pemberitaan yang objektif dan berimbang. Namun, para wartawannya kemudian memiliki kesadaran bahwa berita yang mereka tulis untuk publik haruslah memiliki pertanggungjawaban.. Kesadaran akan jurnalisme yang profesional mendorong para wartawan untuk membentuk organisasi profesi mereka sendiri. Organisasi profesi wartawan pertama  kali  didirikan  di inggris pada tahun 1883, yang diikuti  oleh   wartawan-wartawan di negara lain   pada    masa berikutnya . kursus-kursus   jurnalisme  pun mulai  banyak diselenggarakan di berbagai universitas, yang kemudian melahirkan konsep-konsep seperti pemberitaan yang tidak bias dan dapat dipertanggungjawabkan, sebagai standar kualitas bagi jurnalisme profesional.
     Kegiatan jurnalisme terkait erat dengan perkembangan teknologi publikasi dan informasi. Pada masa antara tahun 1880-1900, terdapat berbagai kemajuan dalam publikasi jurnalistik. Yang paling menonjol adalah mulai digunakannya mesin cetak cepat, sehingga deadline penulisan berita bisa ditunda hingga malam hari dan mulai munculnya foto di surat kabar.
     Pada 1893 untuk pertama kalinya surat-surat kabar di AS menggunakan tinta  warna untuk komik dan beberapa bagian di koran edisi Minggu. Pada 1899 mulai digunakan teknologi merekam ke dalam pita, walaupun belum banyak digunakan oleh   kalangan  jurnalis   pada   saat   itu.
            Pada 1920-an, surat kabar dan majalah mendapatkan pesaing baru dalam pemberitaan, dengan maraknya radio berita. Namun demikian, media cetak tidak sampai kehilangan pembacanya, karena berita yang disiarkan radio lebih singkat dan sifatnya sekilas.  Baru pada tahun 1950-an, perhatian masyarakat mulai teralihkan dengan televisi.
     Perkembangan teknologi komputer yang sangat pesat pada era 1970-1980 juga ikut mengubah cara dan proses  produksi berita. Selain  deadline  bisa   diundur sepanjang     mungkin, proses  cetak, copy cetak yang bisa dilakukan secara massif, perwajahan, hingga iklan, dan marketing mengalami pe ubahan sangat besar dengan    penggunaan    komputer    di    industri   media massa.
     Memasuki era 1990-an, penggunaan teknologi komputer tidak terbatas di ruang redaksi saja. Semakin canggihnya teknologi komputer notebook yang sudah dilengkapi modem dan teknologi wireless, serta  aks es pengiriman berita teks, foto, dan video melalui internet atau via satelit, telah memudahkan wartawan  yang meliput di medan paling sulit sekalipun.
     Selain itu, pada era ini juga muncul media jurnalistik multimedia. Perusahaan-perusahaan media raksasa sudah merambah berbagai segmen pasar dan pembaca berita. Tidak hanya bisnis media cetak, radio, dan televisi yang mereka  jalankan, tapi juga dunia internet, dengan space iklan yang tak kalah luasnya.
     Setiap pengusaha media dan kantor berita juga dituntut untuk juga memiliki media internet ini agar tidak kalah bersaing dan demi menyebarluaskan  beritanya ke berbagai kalangan. Setiap media cetak atau elektronik ternama pasti memiliki situs berita di internet, yang updating datanya bisa dalam hitungan menit. Ada juga yang masih menyajikan edisi internetnya sama persis dengan edisi cetak.
     Sedangkan pada tahun 2000-an muncul situs-situs pribadi yang juga memuat laporan jurnalistik pemiliknya. Istilah untuk situs pribadi ini adalah weblog dan sering disingkat menjadi blog saja. Memang tidak semua blog berisikan laporan jurnalistik. Tapi banyak yang memang berisi laporan jurnalistik bermutu. Senior Editor Online Journalism Review, J.D Lasica pernah      menulis bahwa   blog    merupakan    salah satu    bentuk  jurnalisme dan bisa dijadikan sumber untuk berita.



4. Sejarah Jurnalistik di Indonesia

A. Masa Penjajahan Belanda
Di Indonesia pers mulai dikenal pada abad 18, tepatnya pada tahun 1744, ketika sebuah surat kabar bernama “Bataviasche Nouvelles” diterbitkan dengan perusahaan orang-orang Belanda. Surat kabar yang pertama sebagai bacaan untuk kaum pribumi dimulai tahun 1854 ketika majalah “Bianglala” diterbitkan, disusul oleh “Bromartani” pada tahun 1885, kedua-duanya di Weltevreden, pada tahun 1856 “Soerat Kabar Bahasa Melajoe” di Surabaya. Sejak itu bermunculanlah berbagai surat kabar dengan pemberitaan bersifat informatif, sesuai dengan situasi dan kondisi pada zaman penjajahan itu.

B. Masa Pendudukan Jepang
Pada masa ini, surat kabar-surat kabar Indonesia yang semula berusaha dan berdiri sendiri dipaksa bergabung menjadi satu, dan segala bidang usahanya disesuaikan dengan rencana-rencana serta tujuan-tujuan tentara Jepang untuk memenangkan apa yang mereka namakan “Dai Toa Senso” atau Perang Asia Timur Raya. Dengan demikian, pada zaman pendudukan Jepang pers merupakan alat Jepang. Kabar-kabar dan karangan-karangan yang dimuat hanyalah pro-Jepang semata.

C. Zaman Kemerdekaan
Namun di era Revolusi(1945-1949) situasipun berubah. Perang perjuangan untuk mempertahankan kemerdekaan bangsa Indonesia dilakukan untuk menentang Belanda masuk lagi ke Indonesia.hal ini berpengaruh pada perkembangan Jurnalistik Indonesia. Pers terbagi kedalam 2 kelompok yakni pers Nica(Belanda) dan pers Republik (Indonesia). Pada masa ini, pers sering disebut sebagai pers perjuangan. Pers Indonesia menjadi salah satu alat perjuangan untuk kemerdekaan bangsa Indonesia. Beberapa hari setelah teks proklamasi dibacakan Bung Karno, terjadi perebutan kekuasaan dalam berbagai bidang kehidupan masyarakat, termasuk pers. Organisasi wartawan pertama yakni Persatuan Wartawan Indonesia lahir 9 Februari 1946.

D. Orde Lama
Pembredelan pers banyak terjadi setelah berlakunya SOB (Staat van Oorlog en Beleg/ undang-undang negara dalam keadaan bahaya, 14 Maret 1957). Beberapa media yang dibreidel pada masa itu adalah: Suara Maluku di Ambon (15 Januari 1958); Suara Andalas di Medan (30 Januari 1958); Keng Po di Jakarta (21 Februari 1958); Tegas di Kutaraja (25 Februari 1958); Bara di Makassar (13 Maret 1958); Pedoman di Jakarta (22 Maret 1958); Kantor berita PIA, Indonesia Raya dan Bintang Minggoe di Jakarta (29 Mei 1958). Penahanan terhadap wartawan pun banyak terjadi pada masa ini.

E. Masa Orde Baru
Ketika alam Orde Baru ditandai dengan kegiatan pembangunan di segala bidang, kehidupan pers kita pun mengalami perubahan dengan sendirinya karena pers mencerminkan situasi dan kondisi dari kehidupan masyarakat di mana pers itu bergerak. Pers sebagai sarana penerangan/komunikasi merupakan salah satu alat yang vital dalam proses pembangunan. Pada masa Orde Baru, ternyata tidak berarti kehidupan pers mengalami kebebasan yang sesuai dengan tuntutan dan aspirasi masyarakat. Terjadinya pembredelan pers pada masa-masa ini menjadi penghalang bagi rakyat untuk menyampaikan aspirasi dan memperjuangkan hak-hak asasinya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

F. Masa Reformasi
Salah satu jasa pemerintahan B.J. Habibie pasca Orde Baru yang harus disyukuri ialah pers yang bebas. Pemerintahan Presiden Habibie mempunyai andil besar dalam melepaskan kebebasan pers, sekalipun barangkali kebebasan pers ikut merugikan posisinya sebagai presiden. Secara yuridis UUD pokok pers NO.21/1982 pun diganti dengan UU pokok pers NO.40/1999. Dengan undang-undang dan pemerintahan baru, siapapun bisa menerbitkan dan mengelola pers. Tak ada lagi kewajiban hanya menginduk kepada satu organisasi pers. Seperti di tegaskan pasal 9 ayat (1) undang-undang pokok pers NO.40/1999; setiap warga negara indonesia dan negara berhak mendirikan perusahaan pers. Pada pasal yang sama ayat berikutnya (2) ditegaskan lagi, setiap perusahaan pers harus berbentuk badan hukum Indonesia.



Referensi:

A. Buku

1. Assegaff. 1982. Jurnalistik Masa Kini: Pengantar Ke Praktek Kewartawanan. Jakarta: Ghalia Indonesia.

2. Muis, A. 1999. Jurnalistik Hukum Komunikasi Massa. Jakarta: PT. Dharu Annutama.

3. Romli, Asep Syamsul M. 2005. Jurnalistik Terapan: Pedoman Kewartawanan dan Kepenulisan. Bandung: Batic Press.

4. Santana K., Septiawan. 2005. Jurnalisme Kontemporer. Jakarta: Obor.

5. Suhandang, Kustadi. 2004. Pengantar Jurnalistik: Seputar Organisasi, Produk, dan Kode Etik. Bandung: Penerbit Nuansa.

6. Sumadiria, AS Haris. 2005. Jurnalistik Indonesia: Menulis Berita dan Feature Panduan Praktis Jurnalis Profesional. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.*Buku Panduan Lengkap Jurnalistik: JURNALISTIK TERAPAN, karya Asep Syamsul M. Romli. Penerbit: Batic Press Bandung (022 7206964).*

7.  Kasman, Suf. 2004, Jurnalisme Universal: Menelusuri Prinsip-Prinsip Da’wah Bi Al-Qalam dalam Al-Qur’an, Jakarta, Penerbit Teraju

B. Website

1. http://www.academia.edu/8895545/Sejarah_Jurnalistik_Dunia
2. http://www.faqih.org/sejarah-dan-ragam-definisi-jurnalistik/
3. http://jurnalismuda.esy.es/artikel/sejarah-jurnalistik-di-indonesia/